Uskup Militer Italia Apresiasi Demokrasi dan Toleransi di Indonesia

oleh -
Foto Satu - Uskup Militer Italia, Mgr Santo Marciano saat berdiskusi dengan Alumnus Lemhannas RI PPSA XXI, AM Putut Prabantoro (berbatik), dalam kapasitasnya sebagai Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) dan yang didampingi oleh Pastor Leo Mali Pr dari Keuskupan Agung Kupang, NTT, di Roma, Rabu (5/6/2019). (Foto: Ist)

Italia, JENDELANASIONAL.ID — Sebagai negara besar yang memiliki posisi sangat strategis, dinamika yang terjadi di Indonesia selama pesta demokrasi khususnya terkait dengan Pilpres tahun 2019 diikuti secara seksama oleh dunia internasional. Italia sebagai salah satu negara yang memiliki pengaruh kuat dalam percaturan politik dunia, juga tak luput mengikuti perkembangan dinamika tersebut. Indonesia dinilai dapat menjadi contoh bagi banyak negara dalam pelaksanaan demokrasi dengan mengedepankan toleransi.

Berbicara dengan Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), AM Putut Prabantoro yang berkunjung ke kantornya di Roma, Italia pada Rabu (5/6/32019), Uskup Militer Italia, Mgr. Santo Marciano mengapresiasi peran berbagai pihak di Indonesia dalam mewujudkan toleransi selama ini termasuk di dalam pesta demokrasi. Secara khusus Santo Marciano memuji peran TNI dan Polri yang dinilai secara sungguh-sungguh menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam kunjungan tersebut, AM Putut Prabantoro yang Alumnus Lemhannas PPSA XXI itu didampingi oleh Pastor senior Leo Mali Pr, yang berasal dari Keuskupan  Agung Kupang NTT dan Pastor Antonius Suhermanto Pr dari Keuskupan Tanjungkarang, Lampung.

Menurut Santo Marciano, dunia internasional selalu mengikuti apa yang terjadi di Indonesia, karena negara ini merupakan negara yang sangat luas wilayahnya, negara dengan penduduk terbanyak di dunia, sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak dan berada dalam posisi strategis dalam percaturan politik dunia khususnya pada saat ini.

“Tidak mudah memerintah sebuah negara yang begitu heterogen dengan berbagai latar belakang perbedaan. Hanya penyelenggara negara yang sadar betul akan kekhasan Indonesia yang mampu menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk menyelenggarakan negara serumit Indonesia dibutuhkan toleransi yang tinggi dan kekuatan militer dan polisi yang handal,” ujar Santo Marciano seperti dikutip Putut Prabantoro melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (10/6).

Santo Marciano menjelaskan pada dasarnya masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang ramah dan sangat menjunjung tinggi toleransi serta saling menghormati. Ini bisa terbukti dari keluarga-keluarga, masih menurut Santo Marciano, yang dikunjungi ketika datang ke Indonesia pada tahun 2018.

Oleh karena itu sudah sepantasnya,  Santo Marciano menambahkan, dirinya mengapresiasi semua pihak yang dengan berbagai upaya mempertahankan sekaligus menjaga toleransi antaragama, antarsuku ataupun antar kelompok.

“Secara khusus saya memuji peran TNI dan Polri yang secara sungguh-sungguh dan bahu membahu menjaga Indonesia dan toleransinya.   Ketika TNI dan Polri lemah, Indonesia akan menghadapi berbagai ancaman dan dunia internasional tidak menghendaki itu.  Kami menginginkan Indonesia kuat dan bersatu. Toleransi dan Kerukunan adalah dua kata yang tidak bisa dipisahkan,” tegas Uskup Militer Italia itu.

Foto Bersama (ki – ka) Pastor Antonius Suhermanto Pr dari Keuskupan Tanjungkarang Lampung, Uskup Militer Italia Mgr Santo Marciano, Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) AM Putut Prabantoro dan Pastor Leo Mali Pr dari Keuskupan Agung Kupang, NTT, di Roma, Rabu (5/6/2019). (Foto: Ist)

Sementara itu, AM Putut Prabantoro menjelaskan bahwa kunjungannya ke Keuskupan Militer Italia itu merupakan pemenuhan janjinya kepada Santo Marciano yakni sebagai kunjungan balasan atas pertemuan keduanya di Indonesia pada tahun 2018.

“Apa yang diucapkan Mgr Santo Marciano mendorong saya dan bersama rekan-rekan yang lain untuk mewujudkan toleransi dan kerukunan di Indonesia senyatanya tanpa kenal lelah.   Hubungan Indonesia dan Italia telah menginjak usia ke-70 tahun semenjak tahun 1949 ketika Italia mengakui kemerdekaan Indonesia atau dua tahun setelah Vatikan secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia pada Juli 1947. Vatikan menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia atas peran Uskup Pribumi pertama, Mgr. A. Soegijapranata SJ,” jelas Putut Prabantoro, yang juga menjabat sebagai Ketua Presidum Bidang Komunikasi Politik ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia).

Sementara menurut Pastor Leo Mali Pr, sekalipun berkantor di Italia dan dinamai Keuskupan Militer Italia, jabatan Uskup Militer Italia dipilih langsung oleh Paus,  yang merupakan pimpinan tertinggi Gereja Katolik. Oleh karena itu secara hirarkis, Uksup Militer Italia tunduk pada perintah Vatikan. Uskup Militer Italia mempunyai Paroki (Gereja) Militer di berbagai kota di Italia. Bahkan, Uksup Militer Italia yang salah satunya bertanggung jawab atas pembinaan rohani angkatan bersenjata Italia dan keluarganya. Jika diperlukan ia akan melakukan perjalanan ke berbagai belahan dunia di mana angkatan bersenjata Italia ditempatkan.

Di akhir pertemuan, Mgr Santo Marciano memberikan kenang-kenangan plakat dari Ordinariato Militare Per L’Italia – Ordinariat Militer Italia yang didirikan pada tahun 1925. Di dalam plakat tersebut terulis Doa Untuk Tanah Air (Italia).

 

Doa Untuk Tanah Air

Allah yang kuasa dan kekal

Yang menciptakan kemuliaan, langit, daratan dan lautan.

Dengarkanlah Kami

Yang berjanji setia

Di bawah bendera.

 

Kami telah menjanjikan cinta dan bakti pada tanah air

Sebagai penghormatan pada mereka yang sudah meninggal

Agar Kami hidup dalam dunia yang lebih bebas Dan Adil.

Berikanlah Kami Tuhan,

kekuatan untuk menjaga harta berharga dari Perdamaian

dalam kesatuan semangat dengan semua

yang berkorban dan menderita.

 

Berikan kami kegembiraan

untuk memberi pengorbanan Kami yang terbaik,

Untuk ketentraman  rumah Kami ,

Kejayaaan tanah air Kami dan

Untuk kebaikan Italia. (Ryman)