Olah Sampah 100 ton/Hari, Luhut Resmikan PLTSa Bantargebang

oleh -
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir (kiri) dan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan (tengah) dalam peresmian pilot project PLTSa Merah-Putih di Bantargebang, Bekasi, Senin (25/3/2019). (Kemenko Kemaritiman)

Jakarta, JENDELANASIONAL.COM – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan proyek percontohan Pengolahan Sampah Proses Thermal PLTSa Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat, Senin (25/3). Sistem pengolahan sampah itu hampir seluruhnya menggunakan komponen lokal.

“Sampah ini menurut saya masalah yang harus kita selesaikan. Kita gunakan teknologi dalam negeri. Pilot project ini hampir seluruhnya menggunakan Tingkat Komponen dalam negeri (TKDN),” katanya melalui siaran pers di Jakarta, Selasa (26/3).

Peresmian itu juga dilakukan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, dan Asisten Bidang Pembangunan dan Lingkungan Hidup pemprov DKI Jakarta Yusmada Faizal.

Selain itu dihadiri oleh Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Kemenko Bidang Kemaritiman, Dirjen Pengolahan Sampah dan Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Walikota Bekasi, Walikota Tangerang Selatan, dan Para Pejabat Eselon 1 BPPT.

Luhut mengatakan, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang diberi nama PLTS Merah-Putih ini merupakan upaya pemecahan masalah sampah perkotaan di Indonesia.

PLTSa tersebut memiliki kapasitas pengolahan sampah sebesar 100 ton/hari, dan dapat menghasilkan listrik sebanyak 750 kWh.

“Kalau kita tidak mulai, kapan kita mau maju. Ini penting, kita bikin saja. Nanti kalau PLTSa sudah jadi 100 ton/hari, nanti kita bikin untuk kota-kota seperti Labuan Bajo, Balige, Pontianak, kota-kota yang produksi sampahnya sekitar 100-200 ton/hari,” ujarnya.

Menurut Luhut, teknologi PLTSa ini dapat dimasukan dalam “e-katalog” milik pemerintah untuk mempercepat proses pengadaan bagi kota-kota yang ingin mengaplikasikan PLTSa. Jika dapat diterapkan pada kota-kota lain di Indonesia, maka permasalahan penyediaan lahan untuk pembuangan sampah akan teratasi.

Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan PLTSa Merah-Putih menggunakan teknologi thermal yang terbukti dan telah banyak dipakai untuk proyek “waste to energy” di dunia.

Teknologi thermal tersebut juga ramah lingkungan karena dilengkapi dengan pengendali polusi. Selain itu, PLTSa ini ekonomis dan cocok digunakan untuk karakter sampah di Indonesia yang umumnya tercampur karena kurangnya kesadaran untuk memilah sampah sebelum dibuang. Karakter sampah di Indonesia juga mengandung bahan organik yang tinggi, memiliki kelembapan yang tinggi, dengan nilai kalori yang rendah.

Lebih jauh lagi, teknologi dan alat yang digunakan mengandung TKDN yang tinggi.

“Ini merupakan hasil kajian BPPT dan dibangun dengan mitra lokal. Sebagian besar peralatan merupakan produksi dalam negeri sehingga kami dengan bangga menamakannya PLTSa Merah-Putih,” ujar Riza.

Menristekdikti M. Nasir mengatakan, yang terpenting adalah pengelolaan sampah bukan listriknya, melainkan upaya membuat kota lebih bersih.

“Jangan sampai berpikir untuk menghasilkan energi, tapi berpikir bagaimana Jakarta bersih, Bekasi bersih, itu yang penting. Kita jangan menghitung berapa ‘cost’ per kWh-nya,” ujar Menristekdikti. (Ryman)