Aspal Plastik Inovasi Sentra Teknologi Polimer BPPT Dapat Apresiasi IMF

oleh -
Managing Director International Monetary Fund (IMF), Christine Lagarde bersama Menko Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Ist)

JAKARAT – Penggunaan campuran aspal plastik untuk jalan di Indonesia, hasil inovasi Sentra Teknologi Polimer, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), mendapat apresiasi

Managing Director International Monetary Fund (IMF), Christine Lagarde. Apresiasi ini disampaikan ketika berkunjung ke Indonesia,  pada akhir Februari lalu.

Perekayasa Madya di Sentra Teknologi Polimer BPPT, Rachmat Wijaya dan Jayatin, senang dengan apresiasi tersebut. “Kami berharap hasil inovasi ini dapat digunakan lebih massal, sehingga membantu terbebasnya laut dari sampah plastik,” ujar Rachmat, di Jakarta, Kamis (1/3/2018).

Menurut Jayatin, campuran aspal plastik tidak mengurangi kualitas jalan. Sebaliknya, penambahan plastik tersebut memperkuat daya rekat jalan.

Sebagaimana banyak diberitakan media, Lagarde menyatakan apresiasinya tersebut ketika mendatangi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cilincing, Jakarta Utara, bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, Rabu (28/2). “Saya cinta dengan air, kita harus menjaga air. Tidak boleh ada sampah plastik, kertas, dan lainnya,”  ujarnya memberikan alasan mengapa mendukung pengembangan aspal plastik.

Menteri Luhut Pandjaitan mengatakan, pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan campuran aspal dilakukan agar kebersihan perairan terjaga. Dengan begitu, ikan yang dikonsumsi masyarakat adalah ikan sehat. Bukan hanya laut, pemerintah juga membersihkan sungai. Kepada Lagarde, Luhut bahkan memperlihatkan video pembersihan Sungai Citarum sepanjang 269 kilometer.

Rachmad dan Jayatin menerangkan, aspal plastik dihasilkan melalui serangkaian proses. Sampah plastik yang diambil dari laut di utara Jakarta dicuci dan dipisahkan dari kotoran atau bahan lain. Setelah itu, sampah plastik dicacah sehingga menghasilkan bijih plastik. Proses pembersihan dan pencacahan sampah plastik dilakukan oleh perusahaan pemasok.

Dari proses tersebut, bijih plastik yang dihasilkan dicampur dengan aspal di Sentra Teknologi Polimer BPPT. Proses pencampuran tersebut diuji coba dengan melibatkan PT Jaya Konstruksi hingga memenuhi karakteristik campuran yang diinginkan untuk jalan yang disiapkan.

Setelah karakter campuran tercapai, barulah aspal plastik diproduksi PT Jaya Konstruksi. Hasil produksi aspal plastik lalu digunakan pada jalan yang sudah disiapkan Bina Marga DKI Jakarta. Proses ini menggunakan semua jenis sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang. Rangkaian proses ini juga lebih ekonomis karena menghemat 6,5 persen dari jalan yang biasa dibuat dengan aspal murni.

Aspal plastik juga berdampak pada makin lamanya daya tahan jalan. Lebih dari itu, pemanfaatan sampah untuk campuran aspal berdampak positif bagi lingkungan. Selama ini, satu-satunya cara menangani sampah plastik yang tak bisa didaur ulang hanyalah dengan membakar. Sayangnya, pembakaran sampah plastik residu yang mengancam kesehatan.

Selama 2017, penerapan aspal dicampur plastik diuji coba di Universitas Udayana Denpasar pada jalan sepanjang 670 meter, dengan serapan limbah plastik sebanyak 140 ton. Lalu,  uji coba juga dilakukan di Jalan Sultan Agung Bekasi sepanjang 650 meter, dan menyerap limbah plastik 4,5 ton.

Di Jalan Dakota Moras Makassar pun uji coba sejenis telah dilakukan, di sepanjang 100 meter jalan, yang menyerap limbah plastik 150 kg. Lalu di Jalan Gempol-Bangil Surabaya sepanjang 1.100 meter, dengan serapan limbah plastik 3 ton. Kemudian di ruas jalan tol Tangerang-Merak sepanjang 90 meter, dengan 150 ton aspal bercampur plastik.

Rekayasa aspal plastik secara nyata telah dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat. Asnan, salah satu warga di Jakarta Utara, merasa lebih nyaman bersepeda di atas jalan beraspal plastik ketimbang aspal biasa. “Saya sih berharap semua jalan bisa menggunakan aspal plastik,” katanya.