Bela Negara di Tengah Pandemi Covid-19

oleh -
Prof. Dr. Purnomo Yusgiantoro, dalam acara FoKus -- Forum Diskusi -- ISKA Channel dalam yang disiarkan langsung oleh ISKA CHANNEL, Jumat (4/9). (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Di tangan Prof. Dr. Purnomo Yusgiantoro, bela negara diejawantahkan dari tataran konsep ke dalam wujud nyata bakti, perjuangan, serta pelayanan sepanjang hidup demi memberi kontribusi terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia.

Menteri Pertahanan RI (2009 – 2014) ini adalah anggota kabinet di bawah tiga presiden: Abdurrahman Wahid, Megawati Sukarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono. Pernah menjadi Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhannas), Purnomo mencatatkan prestasi sebagai salah satu lulusan paling cemerlang dalam sejarah lembaga tersebut.

Di Lemhannas pula, pendiri Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN) itu, mengajarkan ilmu bela negara kepada para mahasiswa Indonesia mau pun dari berbagai negara lain. “Bela negara bukan isu militeristik semata. Tapi partisipasi aktif sekaligus hak dan kewajiban konstitusional setiap warganegara untuk memberi kontribusi terbaik bagi tanah air Indonesia,” ujarnya kepada FoKus — Forum Diskusi — ISKA Channel dalam yang disiarkan langsung oleh ISKA CHANNEL, Jumat (4/9).

Prof Purnomo saat diwawancara oleh Dr. iur. Liona Nanang Supriatna, SH., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum UNPAR, Wakil Ketua PP ISKA Bidang Hukum dan Perundang-undangan. (Foto: Ist)

Itu sebabnya, guru besar ITB dan UNHAN serta pendiri Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) ini menegaskan, betapa pentingnya merawat semangat bela negara di tengah pandemi Covid-19 yang membawa seluruh masyarakat kita ke dalam krisis.

Forum diskusi ini menghadirkan dua host yaitu Dr. Luky Yusgiantoro, BSc., MSc., Mspec., Wakil Ketua PP ISKA Bidang Ekonomi dan Dr. iur. Liona Nanang Supriatna, SH., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum UNPAR, Wakil Ketua PP ISKA Bidang Hukum dan Perundang-undangan.

“Bela negara itu bukan tugas dan tanggung jawab para militer, namun merupakan tugas dan tanggung jawab kita semua warga Indonesia,” ujar Dr Lucky Yusgiantoro dalam forum diskusi yang mengambil tema “Bela Negara Di Tengah Pandemi” tersebut.

Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro lebih banyak berbicara tentang konsep bela negara. Bicara tentang bela negara, menurut Purnomo, berarti berbicara mengenai konstitusi, yaitu setiap warga negara berhak dan wajib membela negara. Hal ini terkandung dalam Batang Tubuh UUD ’45, tepatnya pada pasal 27 ayat 3, dan pasal 30 ayat 1, yakni setiap warga negara  wajib membela negara.

Wujud nyata bela negara yang sedang dijalankan saat ini, kata Purnomo, adalah ancaman Covid 19 yang merupakan ancaman non militer. Karena Covid 19 ini adalah ancaman non militer, maka yang berhak dan wajib dihadapi adalah kita semua, bukan cuma militer saja.

“Jadi saat ini terjadi pergeseran ancaman yang selama ini adalah ancaman militer menjadi ancaman non militer. Dan karena saat ini adalah ancaman non militer, maka yang lebih berkompeten dalam menghadapi Covid 19 ini adalah para medis, yakni dokter dan perawat. Merekalah yang ada di barisan depan untuk melawan ancaman non militer ini. Dan inilah merupakan wujud dari bela negara dalam menghadapi Pandemi Covid 19,” ujar Purnomo.

Menghadapi situasi pandemi seperti ini, katanya, ada tiga segmen yang menjadi satu, yakni kesehatan, ekonomi, dan ketidakpastian. Ketiga segmen ini akan menimbulkan masalah yaitu kebutuhan pokok, yakni sandang, pangan, dan papan.

Prof Purnomo bersama Dr. Luky Yusgiantoro, BSc., MSc., Mspec., Wakil Ketua PP ISKA Bidang Ekonomi. (Foto: Ist)

Kedua, “work from  home”, semua kegiatan dilakukan di rumah. Ketiga, kehidupan yang sifatnya “new normal”, yakni harus taat pada aturan protokol seperti “phisical distancing”, menggunakan masker, rajin cuci tangan, dan juga menjaga kebersihan. Keempat, virtual, yakni membantu ketersediaan ketiga kebutuhan pokok, yakni sandang,  pangan, dan papan.

Purnomo mengatakan, sebelum pandemi Covid-19, sebenarnya ada lima konsep bela negara yaitu 1). Cinta tanah air. 2). Kesadaran berbangsa dan bernegara. 3). Membela negara sesuai profesi kita masing-masing. 4). Kita harus memiliki pemahaman tentang apa itu bela negara. 5). Aktualisasi dari Empat (4) Pilar Persatuan Bangsa, yakni Pancasila, UUD ’45, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI.

Menurut Yusgiantoro, bela negara tidak selamanya wajib militer. Dulu pada jaman penjajah, ada tindakan bela negara yang disebut “Pertahanan Rakyat Semesta”. Dan semangat bela negara itu harus terus dijalankan di mana pun dan kapan pun, tidak harus ada ancaman dulu baru kita bangkit untuk bela negara.

“Oleh karena itu, semangat bela negara itu harus disosialisasikan. Hal ini harus dilakukan dalam kondisi negara kita yang ‘income’ per kapitanya masih 3500 US Dollar. Harus kita lakukan secara terus-menerus untuk memenuhi tiga kebutuhan pokok di atas,” ujarnya.

Untuk meningkatkan semangat bela negara, maka sudah saatnya kita programkan pendidikan militer bagi mahasiswa kita dengan sistem SKS, yakni 3 SKS.

Purnomo menegaskan bahwa jika dibandingkan dengan negara luar, tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan militer lebih tinggi dari kita. Kita bandingkan saja di Asia Tenggara,  Philipina, Singapura, dan Malaysia, tingkat pendidikan militernya lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia, apalagi di Benua Eropa dan Amerika.

 

Dr. Luky Yusgiantoro, BSc., MSc., Mspec., Wakil Ketua PP ISKA Bidang Ekonomi. (Foto: Ist)

Pesan untuk Generasi Muda

Berbicara  tentang bela negara, kata Purnomo, maka ada tiga hal yang perlu, yakni sikap, tindakan, dan wujud nyata yang harus kita dilakukan. Yakni bagaimana kita mencintai tanah air kita, menghargai bangsa dan negara, pemahaman tentang  bela negara, dan bagaimana kita memberikan kontribusi dan rela berkorban demi bangsa dan negara sesuai bidang/profesi kita masing masing-masing.

Purnomo mencontohkan para dokter dan perawat yang membela negara dengan menjalankan tugasnya untuk merawat dan menyembuhkan para pasien Covid 19. Demikian juga dengan bidang/profesi lainnya. “Misalnya menjadi dosen, jadilah dosen yang baik, jadi dokter, jadilah  dokter yang baik, jadi ahli ekonomi, jadilah ahli ekonomi yang baik. Singkatnya, jadilah dirimu menjadi yang terbaik untuk bangsa dan negara,” ujarnya.

Purnomo mengutip kata-kata John F. Kennedy, mantan Presiden Amerika Serikat, “Don’t ask what your country can do  for you, but ask what can you do  for your country”.

Dalam proses pembinaan bela negara, katanya, ada dua (2) nilai dalam diri kita. Pertama nilai instrinsik: nilai yang ada di dalam yang harus kita pertahankan. Kedua, nilai ekstrinsik: nilai yang datangnya dari luar diri yang bisa berubah sesuai perkembangan jaman.

Mengutip pernyataan Einstein, kata Purnomo, “Tidak ada yang kekal selain perubahan itu sendiri”. Oleh karena itu, siapa yang “survive” dalam perubahan, maka dia akan sukses dalam perjalanan hidupnya. “Jadi kata kuncinya, jati diri kita sebagai orang Indonesia, dalam hal ini adalah nilai instrinsiknya tidak boleh berubah,” ujar Purnomo.

Sebagai kata penutup, host, Dr Liona meminta pesan Yusgiantoro untuk generasi muda saat ini. Purnomo mengatakan, pertama, generasi muda agar memperhatikan bidang pendidikan. Pasalnya, pendidikan itu penting karena merupakan jembatan menuju Indonesia yang lebih baik.

Kedua, Purnomo juga meminta generasi muda agar memiliki sikap optimisme. “Kita harus yakin dan optimistis bahwa cepat atau lambat, Pandemi Covid 19 ini pasti berlalu,” ujarnya. (Ryman)