AS Hikam: Godaan Kembali ke Sistem Otoriter Makin Besar

oleh -
Godaan kembali ke sistem otoriter di Indonesia makin besar. (Foto: Ilustrasi)

JENDELANASIONAL.COM — Maraknya intoleransi dan radikalisme dalam masyarakat kita bisa jadi adalah refleksi psikologi sosial di negeri ini yang sedang mengalami krisis akibat dinamika perubahan struktural dan sistemik.

Akibat krisis tersebut antara lain adalah maraknya perasaan tak aman dan ketakutan, serta ketakpastian yang semakin besar di seluruh level masyarakat.

Hal itu dikemukakan oleh pengamat politik dari President University Muhammad AS Hikam, kepada Indonews.id, di Jakarta, Senin (26/11/2018).

“Perasaan tak aman atau kecemasan sosial dapat dilihat dari makin berkembangnya wacana anti asing, anti liyan, kekerasan terhadap minoritas, ancaman terorisme, slogan-slogan populisme, dll,” ujarnya.

AS Hikam mengatakan, menguatnya ketidakpastian dapat dilihat pada wacana terkait pengangguran kaum terdidik, hutang pemerintah, melemahnya nilai rupiah, ketimpangan dan kemiskinan yang tak kunjung menurun, dan lain sebagainya.

Akibatnya, sebagian anggta masyarakat Indonesia, yang prosentasinya makin besar, mendambakan munculnya solusi  “cepat” walaupun akan berlawanan dengan norma dan nilai dasar demokrasi. Misalnya munculnya pemimpin yang tegas walaupun kejam dan mengabaikan HAM.

“Selain itu, masyarakat juga mendambakan adanya sistem hukum yang memberi kepastian walaupun tak adil; politik berbasis identitas kelompok walaupun diskriminatif; dan keteraturan serta ketenangan dalam masyarakat walaupun hanya semu belaka,” ujarnya.

Indikator-indikator dan fakta sosial politik di atas sejatinya bukanlah monopoli masyarakat Indonesia saja, tetapi bahkan di negara maju seperti AS. Menurut para pakar politik, keberadaan tren ini menjadi basis untuk menengarai sedang dan akan kembalinya otoritarianisme pada basis sosial yang akan mengancam demokrasi.

Indonesia, yang belum terlalu tuntas mereformasi basis sosial otoriterisme selama dua dasawarsa terakhir ini, tentunya sangat rentan. “Godaan untuk kembali kepada rezim otoriter demi sebuah solusi politik instan, akan makin besar apabila krisis psikologi sosial tak terkendalikan,” pungkasnya. (Ryman)