Komunitas Tenun Persiapkan Deklarasi Menyambut Hari Tenun Nasional

oleh -
Komunitas Tenun Tradisional yang diwakili oleh Komunitas Tekstil Tradisonal Indonesia (KTTI), Traditional Textile Art Society of South East Asia – ASEAN (TTASSEA), Museum Tekstil Jakarta, para pengamat, pemerhati tenun menggelar dialog dalam rangka mempersiapan Hari Tenun Nasional, di Museum Tekstil, Jakarta Barat, Kamis (24/1/2019). (Foto: Jendelanasional.com)

Jakarta, JENDELANASIONAL.COM — Komunitas Tenun Tradisional yang diwakili oleh Komunitas Tekstil Tradisonal Indonesia (KTTI), Traditional Textile Art Society of South East Asia – ASEAN (TTASSEA), Museum Tekstil Jakarta, para pengamat, pemerhati tenun menggelar dialog dalam rangka mempersiapan Hari Tenun Nasional, di Museum Tekstil, Jakarta Barat, Kamis (24/1/2019).

Hadir sebagai narasumber yaitu, Dr. Anna Mariana, yang merupakan Ketua Panitia Hari Tenun Nasional, Dr. Mariah Waworuntu, Sekjen TTASSEA, dan Tengku Ryo, Ketua KTTI.

Tengku Ryo mengatakan, dialog itu diselenggarakan karena melihat anak-anak muda saat ini semakin jauh dari akar budayanya antara lain tenun tradisional. Padahal, Indonesia memiliki kekayaan tenun tradisional yang sangat beragam.

Tengku Ryo mengatakan, salah satu ikrar dalam Kebangkitan Nasional Indonesia selain peningkatan di dunia pendidikan, juga mengusahakan ketahanan sandang nasional. “Karena itulah kita mengangkat semangat kebangkitan nasional karena semangat nasional ini perlu digaungkan kembali. Tenunlah yang menyatukan Indonesia,” ujarnya.

Mariah Waworuntu mengatakan, berdasarkan sejumlah penelitian ditemukan bahwa tenun tradisional sudah ditemukan sejak 300 tahun yang lalu.

Menurutnya, tenun tradisional Indonesia berbeda dengan tenun dari negara-negara lain karena tenun Indonesia sangat khas. Kekhasan tenun Indonesia terletak dalam filsafatnya, yaitu memiliki warna, motif dan ukuran yang khas.

Nita Kenzo salah satu peserta dialog dari pendiri Galeri Batik Jawa Indigo mengatakan, tenun merupakan saudara kembar tua dari batik Indonesia. “Batik itu tidak pernah berkembang kalau tenun itu tidak ada. Jadi, tenun itu juga harus dilestarikan,” ujarnya.

Cut Kamaril, dosen dari Universitas Negeri Jakarta, yang juga dari Cita Tenun Indonesia mengatakan bahwa pihaknya sudah mengajukan tenun Indonesia ke UNESCO untuk dicatatkan sebagai salah satu warisan budaya Indonesia. “Kami bahkan sudah dua kali mengajukan tenun tradisional ke pihak UNESCO, namun belum berhasil seperti batik,” ujarnya.

Karena itu, Anna Mariana mengharapkan kehadiran Presiden Joko Widodo dalam acara Deklarasi Hari Tenun Nasional yang akan diadakan pada 24 Februari 2019 mendatang. Acara ini hanyalah seremoni agar Presiden bisa menetapkan Hari Tenun Nasional pada 7 September mendatang. “Penetapan tanggal 7 September ini karena bertepatan dengan peresmian sekolah tenun pertama,” ujarnya. (Ryman)