Lima Uskup Pimpin Peresmian Gua Maria Perantara Wahyu, Gunungkidul

oleh -
Lima uskup memimpin prosesi ibadat jalan salib di Gua Maria Perantara Wahyu atau dikenal Gua Maria Tritis berlokasi di Dusun Singkil, Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul, Senin (20/5) sore hingga malam hari. (Foto: Ist)

Gunungkidul, JENDELANASIONAL.ID — Lima uskup memimpin prosesi ibadat jalan salib di Gua Maria Perantara Wahyu atau dikenal Gua Maria Tritis berlokasi di Dusun Singkil, Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul, Senin (20/5) sore hingga malam hari.

Prosesi ibadat jalan salib dengan menempuh perjalanan satu kilometer melintas perbukitan karst khas Gunungkidul dan dilanjutkan ekaristi syukur malam harinya menandai diresmikannya hasil pembangunan beberapa fasilitas pendukung bagi para peziarah Gua Maria. Pembangunan fasilitas seperti akses baru jalan salib, 14 patung tiap pemberhentian, bangunan aula, bangunan ruang transit, dan bangunan MCK.

Lima uskup yakni Monsinyur Rubyatmoko Uskup Keuskupan Agung Semarang, Uskup Bali Monsinyur Silvester San, Uskup Purwokerto Monsinyur Tri Harsana, Uskup Bandung  Monsinyur Antonius Subianto Bunjamin, Uskup Pontianak Monsinyur Agustinus Agus didampingi enam pastor yang bertugas di tiga Gereja Paroki di Kabupaten Gunungkidul diikuti sekitar seribu perwakilan umat katolik di Gunungkidul juga dari berbagai daerah seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Bogor, Jawa Tengah, Bandung dan Bali turut hadir mengikuti ekaristi berlangsung di dalam gua karst yang masih asri.

Uskup Keuskupan Agung Semarang, Monsinyur Rubiyatmoko menegaskan, esensi iman katolik akan tempat peziarahan seperti Taman doa, Sendang Maria, atau Gua Maria akrab bagi umat katolik. Menurutnya, Gua Maria menjadi tempat meneguhkan iman akan Tuhan Yesus. Bunda Suci Maria, lanjut Uskup,  teladan konkret bagi umat katolik untuk selalu dekat dengan Tuhan Yesus.

“Dari kerelaan Maria sebagai pribadi yang terutus Tuhan sebagai bunda Yesus melalui kabar gembira para malaikat,  kesetiaan Maria dalam mendampingi membesarkan Yesus hingga kesetiaan Maria tetap berada dekat dengan putranya saat menghadapi kesengsaraan di kayu Salib. Tiap datang ke tempat peziarahan kita berdoa mohon kepada Allah Bapa dan Bunda Maria agar semakin dekat dengan putranya Tuhan Yesus,” ujar uskup.

Uskup menilai tepat nama Gua Maria Pengantar Wahyu di Singkil. Menurutnya, Gua Maria tempat menumpahkan berbagai harapan baik bagi umat dan dunia. “Untuk itulah tempat peziarahan Bunda Maria syarat dengan tempat yang aman, teduh, nyaman, tenang, damai dan penuh kegembiraan. Kepengantaraan Bunda Maria inilah iman kita bisa sampai pada Tuhan Yesus. Untuk itulah tempat peziarahan Bunda Maria selalu dikaitkan dengan jalan salib,” tambahnya sembari mengajak umat katolik merawat Gua asri perbukitan karst di Gunungkidul.

Penataan yang terus dilakukan Paroki Santo Petrus Kanisius Wonosari dalam beberapa tahun terakhir atas prakarsa dan kerja keras Romo Simon Petrus Bambang Ponco Santosa SJ semenjak bertugas di Paroki Wonosari. Gagasannya menata Gua Maria yang ramai dikunjungi umat katolik setiap hari Minggu, Bulan Mei dan Bulan Oktober kini telah mencapai 98 persen berkat  dukungan penuh komunitas Paguyuban Emmaus Jakarta, dan beberapa pihak lainnya. Kini hasil kerja pembangunan oleh Romo Ponco yang telah berpindah tugas di Jakarta dilanjutkan Romo Paroki Wonosari Mikael Irwan Susianta SJ.

Komunitas Paguyuban Emmaus, Herman, ditemui media ini menyatakan harapan Gua Maria Pengatara Wahyu lebih representatif bagi umat dalam ziarah dan doa. Pihaknya memberikan apresiasi berbagai pihak yang telah menyumbangkan tenaga, waktu dan bantuan material maupun imateriil atas terwujudnya pembangunan fasilitas yang diharapkan umat. Meskipun hasil kerja bersama telah diserahterimakan umat Paroki Wonosari paguyuban doa Emmaus masih sanggup terlibat sampai benar-benar sempurna.

“Pembangunan sarana fasilitas kali ini terbilang pekerjaan paling besar selama pembangunan berjalan periodik. Prosesnya juga panjang tidak sekadar membangun fisik, tetapi dari pembebasan lahan, sampai proses sertifikasi puluhan lahan hingga pembangun menyentuh kasadaran umat dan warga masyarakat setempat,” tambah FX Endro Tri Guntoro.

Menurut Endro, pembangunan tempat ini bukan membuat tempat ekslusif bagi umat katolik. Tetapi, seperti dipesankan para romo dan uskup tadi, tempat ini harus inklusif (terbuka) untuk semua umat beriman baik tujuan hendak berdoa atau sembahyang, meditasi, dan berbagai ruang perjumpaan bersama, perjumpaan dengan Tuhan dan alam semesta,” pungkas ketua Bidang Pelayanam Kemasyarakatan Paroki Wonosari sebelumnya melaksanakan penanaman pohon kelor dan buah-buahan oleh tokoh lintas agama. (Ryman)