Makna Natal Bagi Ignasius Jonan

oleh -
Menteri ESDM Ignatius Jonan. (Foto: ist)

JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memiliki cara tersendiri dalam mengisi dan memaknai Hari Natal yang dirayakan oleh semua umat Kristiani.

Jonan selalu mengisi Natal dengan kebersamaan di dalam keluarga dan kerabat terdekat. Meskipun pada saat Hari Natal tidak memilih cuti, Menteri Jonan tetap berbahagia dengan tugas dan amanahnya sebagai abdi negara.

“Ini merupakan tahun kedua Natal saat saya menjabat sebagai Menteri ESDM dan saya tak cuti. Dahulu sebelum menduduki posisi ini saya juga tak pernah libur meskipun Natal karena menjalankan tugas demi masyarakat. Menjelang natalan kedua juga tidak bisa cuti karena sibuk mengurus pasokan BBM,” tutur Jonan, Selasa (19/12/2017), seperti dikutip geosiar.com.

Menurut Menteri ESDM yang menjabat sejak 14 Oktober 2016 itu, seseorang tidak bisa dinilai dari latar belakangnya saja, melainkan dari kontribusinya terhadap masyarakat dan negara.

Saat menjadi Direktur Utama PT KAI, Menteri Jonan berhasil mengubah moda transportasi itu menjadi nyaman bagi masyarakat.

Kesungguhannya dalam berkarya membuahkan hasil yang gemilang bagi perjalanan karirnya. Setelah menjabat sebagai Direktur Utama PT KAI, Jonan dipercaya sebagai Menteri Perhubungan dan kemudian menjabat sebagai menteri ESDM.

Menteri Jonan mengatakan sangat bangga bisa diberi tanggung jawab dan kepercayaan yang besar dari negara untuk mengabdi pada masyarakat. Oleh karenanya, dia bertedak untuk menjalankan amanah tersebut dengan baik sesuai sumpah jabatan yang telah diucapkannya.

“Saya melihatnya dan berusaha menjalankan apa yang menjadi tugas saya sesuai dengan sumpah jabatan yang sudah saya ambil. Saya menerapkan tugas sesuai dengan sumpah yang saya ucapkan di atas alkitab, tetapi sumpahnya bersifat umum untuk menjalankan tugas yang ditugaskan kepada saya,” tuturnya.

Lantas, apa pandangan Jonan tentang kebhinekaan yang dimiliki Indonesia? Baginya perbedaan dan keberagamaan merupakan kekayaan yang harus dipupuk dan dilestarikan dengan sikap toleransi dan saling menghargai.

Jonan memang tumbuh dan berkembang di tengah keluarga yang berbeda suku dan agama. Karena itu, hal ini membuatnya sangat menghargai dan menjunjung tinggi nilai toleransi dan kebersamaan.

Jonan mengatakan meskipun berbeda agama, dia dan saudara-saudaranya tetap saling menghargai dan hidup dalam kasih.

“Adik saya yang bergama Islam dan juga Hindu akan datang di natalan ini. Kami semua akan berkumpul di rumah di Jakarta,” katanya.

Sosok yang penuh inovasi dan berani ini juga menjelaskan tak sekalipun menonjolkan sisi agamanya sekalipun dia adalah sosok yang taat beragama dan seorang Katolik.

“Agama sendiri-sendiri dalam keyakinan dan menghargai sangat penting. Apalagi dalam pekerjaan saya lebih menonjolkan 100 persen Indonesia. Ini pekerjaan publik, saya harus seratus persen indonesia tak memasukkan unsur agama sedikitpun,” tuturnya.

Meskipun seorang Katolik, tak sedikitpun pernak-pernik natal ataupun benda-benda yang bersimbolkan agama menghiasi kantor tempatnya bekerja.

“Tak perlu buat simbol yang memunculkan simbol agma karena ini adalah ruang publik. Menurut saya tidak eprlu,” tuturnya.

Namun demikian, Jonan justru mendukung pembangunan renovasi dan perawatan mesjid yang tak jauh dari kantornya.

“Lebih rapih dari sebelumnya saja agar umat merasa lebih nyaman untuk beribadah. Masjid harus rapih, bersih tertib dan nyaman, meskipun kecil yang penting nyaman,” tuturnya sambil menunjukkan lokasi mesjid yang tak jauh dari kantornya.

Pria kelahiran 21 juni 1963 ini memang tak memasang pernak-pernik apapun yang menonjolkan agamanya.

Ayah dua orang anak justru memasang fotonya dengan anjing kesayangannya Marco di meja kerjanya.

Setiap pagi, sebelum beraktivitas Jonan selalu meminta kekuatan dari Tuhan dan berdoa.

“Bersyukur masih diberikan kesempatan hidup, memohon kepada yang maha kuasa agar apa yang dilakukan hari ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara dan tantangan dapat saya selesaikan dengan baik,” tuturnya.

Selain itu, Jonan selalu berusaha untuk membuat hidupnya seimbang.

“Ada motto yang selalu saya terapkan yakni 25 tahun pertama menerima karena kita selalu menerima kebaikan dari Tuhan lewat sesama, 25 tahun kedua seiring meningkatnya karir kehidupan kita pasti selalu diisi dengan aktivitas menerima dan memberi dan 25 tahun ketiga seharusnya hidup kita lebih banyak memberi untuk membayar 25 tahun pertama. Jangan hanya menerima saja tapi memberi jarang,” terangnya.

Menurut Jonan, posisinya saat ini sedang berada pada tahap 25 tahun ketiga yaitu sering memberi waktu, pikiran, membuat berbagai kegiatan bakti sosial untuk sesama yang menderita.

“Ini ada pada tahap memberi, universal dan terbuka,” ujarnya.

Dalam momentum Natal 2017 ini Jonan berpesan kepada semua umat kristiansi agar menjadi garam dan terang dunia, dimanapun berada.

“Saya mengucapkan selamat Hari Natal dan tahun baru 2017. Semoga sebagai umat kristiani dapat menjadi garam dunia bermanfaat bagi banyak orang tanpa menonjolkan diri sendiri,” ujarnya.

“Setiap manusia diciptakan Tuhan dengan keterbatasan ruang dan waktu cobalah menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain. Kalau tidak demikian mau menjadi apa? Tak ada yang bisa dibanggakan,” pungkasnya.