Rider Indonesia, “Brotherhood” untuk Pariwisata Indonesia

oleh -
Senior Bikers Komjen Pol (Pur) Arif Wachjunadi berjabat tangan dengan Duta Besar Indonesia untuk Laos Pratito Suharyo dalam acara penyambutan kehadiran Rider Indonesia di Vientiane, Laos. (Foto: ist)

Vientiane, JENDELANASIONAL.ID — Untuk mendukung pencapaian target kunjungan pariwisata Indonesia, organisasi para pengendara motor gede (moge), Rider Indonesia melakukan perjalanan ke negara Asean dengan tujuan Laos, Malaysia dan Thailand. Dalam kunjungan yang berlangsung dari tanggal 13 – 25 September 2019 tersebut, mereka membangun semangat “Brotherhood Indonesia” (Persaudaraan Indonesia) di setiap negara yang didatangi.

Kegiatan ini diprakarasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Viantiane – Laos, bekerjasama dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI) dengan thema: “1st Wonderfull Indonesia Motorbike Touring 2019 Malaysia, Thailand dan Laos 13 – 28 September 2019” dan didukung Kedubes Indonesia negara tujuan, Kemenpar dan Ditjen Bea dan Cukai Republik Indonesia. Perjalanan itu sendiri telah dimulai dari Johor, Malaysia dan diikuti 85 bikers asal Indonesia.

Senior biker, Komjen Pol (Pur) Arif Wachjunadi saat berada di Laos, Senin (23/09/2019) menegaskan bawa touring diikuti oleh 30 peserta Rider Indonesia dan merupakan perjalanan sarana promosi Wonderful Indonesia pariwisata dan Industri Otomotif (UKM)di beberapa negara tetangga dengan menggunakan motor besar. Oleh karena itu, persaudaraan itu dengan thema Brotherhood Asean Rider dan berharap program Rider Indonesia dapat menjadi agenda pemerintah dalam menggalakan pariwisata Indonesia. Dan ini, menurut Arif, oleh Dubes Indonesia untuk Laos, Pratito Suharyo, WIMAT I Tahun 2019 dapat berlanjut setiap tahun dan menjadi agenda pemerintah di Forum Asean.

“Kegiatan ini diprakarsai Dubes Indonesia untuk Laos Pratito Suharyo. Jarak tempuh keseluruhan adalah 6211 km yang terdiri dari dua etape. Etape pertama Malaysia (Johor, Ipoh Perak, Penang) – Thailand (Hat Yai, Chumphon, Bangkok, Udhon Thani) – Laos (Vientiane) dengan jarak tempuh 2.996 Km. Etape Kedua  Laos (Vinh, Hanoi, Dong hai, Khon Kaen) – Vietnam (Khon Kaen) – Thailand (Bangkok) dengan jarak tempuh 2215  kilometer. Kita melakukan promosi  Indonesia melalui jalur darat ASEAN,” jelasnya lebih lanjut.

Para bikers yang tergabung dalam Rider Indonesia berfoto bersama-sama di Vientiane (Laos), Penang (Malaysia) dan Johor (Malaysia). (Foto: Ist)

Perjalanan yang disebut WIMAT 2019 – Wonderful Indonesia Motorbike Adventure Touring 2019, masih menurut Arif,  bertujuan untuk membangun brotherhood di antara Indonesia dan negara destinasi.  WIMAT 2019 juga  melibatkan beberapa perwakilan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) asal Indonesia yang kesehariannya adalah pedagang cinderamata dari berbagai daerah di tanah air. Cara ini merupakan cara yang tepat dapat kami lakukan mengingat biasanya ada bikers luar negeri yang jumlahnya 20an rutin berkunjung ke Indonesia.

Mantan Kapolda Bali ini menjelaskan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat mendukung program pemerintah yang menargetkan kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada tahun ini. Brotherhood sendiri sebenarnya beranjak dari Asean itu memiliki rumpun bangsa yang sama, sekalipun dengan bahasa yang berbeda. Semua negara memiliki kekhasan dan keunikan alam yang berbeda. Namun, dalam konteks ini, jika masing-masing warga berdasarkan spirit “brotherhood” saling berkunjung dalam rangka pariwisata, hal ini tentu akan mendorong pencapaian target kunjungan wisman di Indonesia.

“Indonesia adalah negara yang luas dan kaya akan tempat indah, budaya, kuliner dll. Banyak sekali obyek wisata Indonesia yang dapat dijual ke tiga negara itu. Hanya saja pelaku industri pariwisata Indonesia harus menyiapkan diri sebagai duta pariwisata (tourism ambassador) Indonesia.., ya dari perilaku, dari obyeknya dan juga dari keamanan serta kenyamanannya,” ujar Arif lebih lanjut.

Arif Wachjunadi juga mengaku, dalam konteks berkendara apalagi untuk menempuh jarak jauh, Rider Indonesia juga ingin mengajak para pengendara motor untuk taat dan tertib berlalu lintas. Segala sesuatunya harus diawali dengan “kesehatan” kendaraannya baik fisik ataupun surat kelengkapan.  Tidak ada dalil yang mengatakan, asal nekat dalam melakukan perjalanan jauh mengingat bahwa kecerobohan sekecil apapun bisa mengancam keselamatan jiwa si pengendara atau bahkan yang nonpengendara. Esensi dari berkendaraan motor besar, tidak hanya harus memiliki keberanian tetapi juga mampu menyatukan pikiran, perasaan, emosi yang dilandasi dengan cinta dan seni.

“Esensi dari berkendara adalah kesehatan motor dan pengendaranya dan patuhi aturan lalu lintas. Saat ini, sudah bukan saatnya lagi, mengendarai motor bodong tanpa kelengkapan surat ataupun motor yang laik jalan. Jangan biarkan kecerobohan memancing masalah panjang dan ancam kehidupan si pengendara serta orang lain, Ingat ketika berkendara jangan dilupakan orang yang anda cintai menunggu di rumah,” tegas mantan Sestama Lemhannas RI ini. (Ryman)