Yohanes Bayu Samodro: “Ut Ameris Amabilis Esto”

oleh -
Yohanes Bayu Samodro, eks Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik (Dirjen Bimas Katolik). (Foto: FB Keuskupan Agung Jakarta)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID — Menteri Agama Fachrul Razi resmi melantik Yohanes Bayu Samodro sebagai Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik (Dirjen Bimas Katolik), pada Senin (10/8/2020). Pelantikan tersebut juga dilakukan bersamaan dengan beberapa Eselon I di lingkungan Kementerian Agama.

Yohanes Bayu Samodro sebelumnya merupakan Kepala Bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Yayasan Hati Suci (d.h. Perkoempoelan Ati Soetji), di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sebuah Yayasan yang mengelola anak-anak terlantar yang berdiri sejak lebih dari 100 tahun lalu, yang dirintis oleh Ny Auw Tjoei Lan (Ny Lie Tjioan Tjoen, Kapitan Tionghoa di Batavia), penerima Ridder in de Orde van Oranje Nassau (penghargaan kenegaraan tertinggi di Hindia Belanda, 1935).

Pendidikan S1 diselesaikan pada tahun 1995 dari Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FKIP Unika Atma Jaya Jakarta dan Pendidikan S2-nya diselesaikan pada tahun 2002 dari Program Magister Administrasi/Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Indonesia.

Bayu, panggilan akrabnya, tinggal bersama istri dan ke-4 anaknya di kawasan Tangerang, Banten, sebagai keluarga Katolik dari Paroki Alam Sutera, Gereja Santo Laurensius, Tangerang Selatan. Bayu sempat berkarya sebagai anggota Dewan Paroki Harian selama 2 periode (2012-2018). Dia ikut menggagas, merintis, dan membangun Gereja tersebut hingga diresmikan berdirinya pada 2012.

Selama berkarya sebagai pengurus Gereja, Bayu juga aktif melayani sebagai pengurus tingkat Dekenat Tangerang dan karya-karya lain di Keuskupan Agung Jakarta.  Di samping itu, Bayu beberapa kali mewakili Gereja Katolik dalam kegiatan dan dialog-dialog lintas agama di kawasan Tangerang Selatan.

Pria yang dilahirkan di Jakarta, 48 tahun lalu ini, tergabung dalam Organisasi Pencaksilat Pendidikan Tunggal Hati Seminari – Tunggal Hati Maria (THS-THM), sebuah organisasi pembinaan dalam Gereja Katolik yang berbasis pembinaan mental-spiritual melalui pelestarian budaya leluhur bangsa Indonesia: pencaksilat. Melalui organisasi yang ditekuninya lebih dari 30 tahun ini, Bayu memperoleh kesempatan bersentuhan dengan banyak ormas-ormas Katolik, hirarki Gereja Katolik dan juga ormas-ormas Non Katolik di Indonesia.

Seperti dikutip Hidupkatolik.com, Bayu sangat bersyukur akhirnya memiliki kesempatan berkarya sebagai pelayan masyarakat di tingkat nasional, sehingga semakin banyak memperoleh kesempatan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi umat Katolik di Indonesia. Baginya, tugas perutusan yang baru ini adalah kepercayaan yang diberikan oleh lebih dari 7 juta umat Katolik di Indonesia. Kepercayaan untuk melayani mereka agar menjadikan umat Katolik bagian integral dari Bangsa Indonesia dan turut berkiprah dalam mengembangkan manusia Indonesia yang semakin berkualitas.

Sebagai salah satu kandidat dari kalangan non-ASN ini, Bayu telah melampaui berbagai tahapan seleksi sejak April 2020. Diawali dari 22 kandidat terbaik untuk posisi Dirjen Bimas Katolik yang lolos seleksi administrasi mengikuti CAT (Computer Assisted Test), yaitu test yang biasa digunakan untuk menguji para Calon Pegawai Negeri Sipil. Bayu berada di urutan ke-3 sehingga berhak mengikuti seleksi berikutnya bersama ke-5 kandidat lain.

Dalam kelompok 6 kandidat terbaik ini, Bayu lalu mengikuti seleksi berikutnya yaitu berupa penulisan makalah. Dia memilih tema rencana aksi yang akan dilakukan jika terpilih menjadi Dirjen Bimas Katolik. Makalah sepanjang 8 halaman tersebut diberi judul “Ut Ameris Amabilis Esto” (Ramahlah Agar Kau Dicintai). Hal ini menyiratkan hal yang akan dilakukannya ketika menjalankan tugas sebagai Dirjen Bimas Katolik nanti.

Bagi Bayu program Bimas Katolik harus senantiasa dirancang dan dilaksanakan bersama dengan Gereja Katolik, agar dapat tepat sasaran dan bermanfaat bagi umat.

Setelah mengikuti penulisan Makalah, Bayu mengikuti asesmen secara daring bersama seluruh 6 kandidat terbaik dari masing-masing posisi dalam Kementerian Agama RI, yaitu Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, Direktur Jenderal Bimbingan Masyrakat Hindu, dan Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan. Asesmen yang dilaksanakan selama 4 hari berturut-turut berlokasi di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, bagi para kandidat di Jabodetabek ini, meliputi antara lain simulasi, psikometri, presentasi program dan wawancara kompetensi.

Tahap akhir dari seleksi tersebut adalah Wawancara bersama Panitia Seleksi dari Kemenag dan Panitia Seleksi Khusus dari tim Konferensi Waligereja Indonesia. Hasil keseluruhan proses seleksi yang telah memperoleh rekomendasi dari KASN tersebut menghantarkan Bayu masuk dalam 3 kandidat terbaik yang diputuskan salah satunya menjadi Dirjen Bimas Katolik oleh TPA (Tim Peniliai Akhir) yang dipimpin oleh Presiden RI.

Dalam sambutan pelantikannya, Menag Fachrul Razi meminta para pejabat yang menduduki posisi baru tersebut dapat memberikan layanan terbaik bagi masyarakat. Pelantikan ini juga diharapkan menjadi amunisi baru bagi kementerian tersebut.

“Hampir satu tahun kita mengalami kekosongan enam jabatan Eselon I, tetapi selama ini Kemenag tetap bisa berlari dengan kencang. Sekali lagi, saya ucapkan selamat menunaikan tugas dengan baik,” katanya melalui keterangan resmi, Senin (10/8/2020).

Bayu menjabat sebagai Dirjen Bimas Katolik menggantikan Eusabius Binsasi yang telah memasuki purnabhakti pada Juli 2019. Sebelum terpilih Dirjen yang baru, tugas-tugas administrati yang ditinggalkan Dirjen sebelumnya dilaksanakan oleh 3 orang secara bergantian, yang terakhir adalah Aloma Sarumaha, Sekretaris Dirjen Bimas Katolik.

Bayu adalah Dirjen Bimas Katolik yang ke-8 atau yang ke-11 jika terhitung sejak institusi Ditjen Bimas Katolik masih berupa Bagian dari Departemen Agama. (Ryman)