Orasi Ilmiah di Unair, Jonan: Rasio Elektrifikasi Bencmark Pemerataan Pembangunan Nasional

oleh -
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan saat memberikan orasi ilmiah pada Dies Natalis ke-63 Universitas Airlangga di Surabaya, yang bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional, Jumat (10/11).

SURABAYA-Pemerintah akan terus berusaha menekan angka kesenjangan di Indonesia. Upaya menekan kesenjangan sosial ini ditempuh melalui kebijakan pemerataan yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia di tahun ketiga Pemerintahan Jokowi.

Hal ini disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mewakili Presiden Joko Widodo saat memberikan orasi ilmiah pada Dies Natalis ke-63 Universitas Airlangga di Surabaya, yang bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional, Jumat (10/11).

“Saya kutip berkali-kali, Beliau (Presiden) bilang pemerataan yang berkeadilan sosial itu sangat amat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkap Jonan di hadapan civitas akademika Universitas Airlangga.

Menteri Jonan mengutarakan implementasi nyata atas pemerataan yang berkeadilan sosial di sektor ESDM diwujudkan melalui capaian rasio elektrifikasi sebesar 93,08%, penurunan subsidi energi, penerapan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan satu harga di 157 lokasi, pembagian Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTHSE), serta listrik perdesaan di Papua dan Papua Barat.

Bahkan, meningkatnya rasio elektrifikasi yang merupakan salah satu tanggung jawab Kementerian ESDM ini merupakan pendorong ekonomi kreatif yang akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. “Rasio elektrifikasi ini sebagai salah satu benchmark pemerataan pembangunan nasional,” tegasnya.

Lebih lanjut Menteri ESDM ini mengungkapkan, beberapa aspek pemerataan yang disasar oleh Pemerintah meliputi stabilitas politik, hukum dan HAM (polhukam) dan kebudayaan, pembangunan ekonomi dan peningkatan produktivitas, pengentasan kemiskinan serta ketimpangan antarwilayah.

Arah kebijakan ini, ungkapnya, merupakan kelanjutan dari kebijakan tahun pertama yang fokus pada peletakan fondasi pembangunan nasional melalui transformasi fundamental perekonomian dan peletakan kembali paradigma Indonesia sentris.

Sementara di tahun kedua, Pemerintah mendorong percepatan pembangunan nasional, baik fisik, sumber daya manusia hingga daya saing global. Ketiga arah kebijakan ini dinilai Jonan menuju ke arah yang lebih baik. “Meski tidak signifikan, saya akui ini menuju ke arah yang lebih baik,” katanya.

Selama periode tersebut, jelasnya ada lima indikator yang terlihat menampilkan tren positif, yaitu angka kemiskinan menurun, pertumbuhan ekonomi stabil, inflasi terkendali, ketimpangan pendapatan menurun, dan pengangguran menurun.

“Untuk terus menguatkan keberhasilan tersebut, perlu didorong peningkatan investasi, pusat pertumbuhan ekonomi baru dan peningkatan produktivitas,” pungkasnya.