Secara Teknis Indonesia Sudah Resesi dan Akan Berlanjut pada Kuartal III

oleh -
Ekonom Senior, Rizal Ramli. (Foto: Ist)

Jakarta, JENDELANASIONAL.ID – Ekonom senior Rizal Ramli blak-blakan bicara tentang penanganan ekonomi oleh pemerintah pada masa pandemi Virus Corona saat ini.

Menurut mantan Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu, Indonesia saat ini sudah krisis bahkan sudah mengalami resesi. “Yang dilakukan oleh Menko Perekonomian itu tidak lazim di seluruh dunia karena membandingkan ekonomi dari kurtal dengan tahun yang lalu. Itu tidak lazim di seluruh dunia. Yang lazim dilakukan di seluruh dunia itu yakni membandingkan kuartal dengan kuartal sebelumnya,” ujar Rizal Ramli dalam dialog dengan sebuah stasiun televisi swasta di Jakarta, Rabu (26/8).

Menurut Rizal Ramli, jika kuartal I tahun 2020 dibandingkan dengan kuartal IV tahun 2019 maka ekonomi Indonesia sudah negatif. Kemudian kuartal II dibandingkan dengan kuartal I juga sudah negatif. “Jadi, secara teknis Indonesia sudah mengalami resesi. Dan ini akan berlanjut pada kuartal III,” ujarnya.

Menurut mantan Menko Kemaritiman itu, pada kuartal III yang akan datang ekonomi Indonesia juga mengalami pertumbuhan negatif.

Alasannya, pertama, katanya, pertambahan kredit smester I hanya 4 persen. Normalnya pertambahan kredit itu 15 persen.

“Jadi ini menujukkan bahwa daya beli masyarakat itu terpukul. Dan sekarang persoalannya kan nyaris kita sudah berada di akhir kuatal ketiga. Dan pemerintah baru akan melakukan ini, melakukan itu,” ujarnya.

Bang RR, sapan Rizal Ramli, menyebutkan bahwa faktanya pengeluaran masih pada sekitar 25 persen dari yang direncanakan. Itu berarti fungsi stimulus atau pompa dari kebijakan fiskal itu tidak berjalan. Itulah yang menjelaskan kenapa Jokowi itu marah-marah dalam rapat kabinet.

Kedua, katanya, pemerintah tidak fokus dan bersungguh-sungguh. “Saya waktu itu usulkan supaya ada pengalihan strategis anggaran yaitu pertama sektor untuk mengurangi Virus Corona. Kedua anggaran untuk memberi makan kepada masyarakat, orang menganggur dan para pekerja harian kita selama 6 bulan. Ketiga, fokus pada produksi pangan. Tetapi hal itu diterjemahkan oleh Menteri Keuangan (Terbalik) dengan anggaran proyek macam-macam. Jadi Pak Jokowi sebenarnya sudah menangkap apa yang kami sampaikan supaya ada realoksi anggaran strategis. Tetapi tetap saja angka-angkanya tidak mencerminkan hal itu karena fokus masih mau ini, mau itu,” ujar Rizal Ramli.

Karena itu, menurutnya, Indonesia sudah mengalami resesi. “Yang tidak mengalami resesi itu mungkin haya pejabatnya saja. Sederhanya jika ekonomi turun 1 persen, maka pengangguran naik 1,5 juta orang. Kalau ekonomi kita minus 5 persen maka pengangguran akan mencapai 4-5 juta. Plus yang setengah pengangguran, para pekerja setengah hari, maka jumlahnya itu besar sekali,” ujarnya.

 

Menahan Pengeluaran

Karena itu, menyikapi kondisi yang serba tidak pasti ini, masyarakat disarankan agar menekan pengeluaran atau tidak jor-joran membelanjakan duitnya.

“Membeli makanan saja nanti tidak ada. Karena kita tidak tahu kapan Virus Corona ini berkahir. Akan tetapi kalau golongan kelas menengah ke atas justru mereka harus melakukan spending agar ekonomi kita terus bergerak,” ujar Rizal Ramli.

Mantan Dirut Bulog ini mengatakan, masyarakat golongan kelas menengah ke bawah selama masa krisis ini diharapkan menyimpan uang tunai. Karena kemampuan pemerintah untuk membantu 40 persen golongan masyarakat kelas bawah tidak bisa diharapkan karena pemerintah tidak fokus. Kecuali kalau pemerintah mau fokus untuk menolong kelompok kelas menengah ke bawah selama 6 bulan. “Tapi saya melihat pemerintah tidak punya kemampuan untuk itu,” ujarnya.

Bahkan, mantan Wakil Presiden Budiono saja mengatakan bahwa yang terjadi saat ini bukan resesi atau depresi lagi tapi paralisis, yaitu kelumpuhan pemerintah. Karena sudah 8 bulan ini pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak ada langkah-langkah dari pemerintah untuk benar-benar menolong rakyatnya. Ini terbukti dari anggaran yang baru digunakan sekitar 25 persen.

Anehnya lagi, di masa krisis ini pemerintah Indonesia malah membanding-bandingkan ekonomi negara kita dengan negara tetangga, yaitu dengan Singapura dan Malaysia. Padahal, kedua negara tersebut, kata Rizal Ramli, memiliki rasio ekspor terhadap GDP yang besar. Singapura saj memiliki rasio sebesar 175 persen. Sedangkan rasio ekspor negara kita kurang dari 20 persen. “Jadi jangan mau dibandigkan dengan negara tersebut. Jadi tidak usah banggalah kita lebih hebat dari negara tersebut. Pemerintahannya bisa memberi makan penduduknya. Mereka bisa kasi makan rakyatnya,” ujarnya.

Rizal Ramli menceritakan pengalamannya ketika menangani krisis pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur. Waktu itu ekonomi kita minus 3 persen. Lalu pemerintahan Gus Dur, dengan sang nakhodanya Rizal Ramli, berhasil menaikkannya dalam tempo 21 bulan ke 4,5 persen, terus kemudian menjadi 7,5 persen.

“Prinsipinya kita pompakan golongan kelas menengah ke bawah terlebih dahulu. Misalnya waktu itu kami menaikkan gaji PNS, TNI dan Pensiunan menjadi 125 persen. Nah mereka mendapatkan cukup uang sehingga kemudian dibelanjakan. Karena itu sektor ritel menjadi hidup,” ujarnya.

Kedua, kita hapuskan sebagian utang dari usaha kecil dan menengah sehingga mereka memiliki kemampuan untuk bisa hidup kembali.

Karena itu, Rizal Ramli mengeritik pemerintahan saat ini karena belum mengambil kebijakan yang signifikan. Yang terjadi saat ini, katanya, belum terlihat sebuah policy atau kebijakan dari pemerintah yang signifikan untuk UMKM. Paling pemerintah hanya menitipkan uangnya pada bank-bank pemerintah sekian puluh triliun. Tapi duit itu belu tentu disalurkan ke bawah.

“Jadi seperti saya katakan tadi kita harus fokus ke koor masalahnya yaitu menekan virus Corona ini. Dan untuk itu mungkin hanya dibutuhkan dana sebesar Rp300 miliar. Ini kan pemerintah malah menghabisikan anggaran hanya untuk buzzer dan influencer sebesar Rp93 miliar. Padahal untuk biaya vaksi saja hanya sebesar Rp15 miliar. Jadi semuanya dibuat terbalik-balik. Seolah-olah masalah hanya bisa diselesaikan oleh buzzer dan influencer bukan para dokter,” ujarnya.

Karena itu Rizal Ramli berharap pada politisi PDI Perjuangan agar melakukan tekanan terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo agar bergerak fokus dan mau membantu rakyat kecil.

“Tadi kawan saya dari PDI Perjuangan, Hendrawan Supratikno, saya mau katakan kok teman-teman saya dari PDIP ini lembek sekali. Dulu waktu Pak SBY jadi Presiden saya dan teman-teman sangat garang, tapi sekarang ini kok memble. Padahal ekonomi kita sekarang ini payah sekali. Ekonomi merosot dan pemerintah hanya bisa ini, itu. Karena itu saya minta PDIP cobalah, berusaha untuk rakyat kecil sedikit,” ujar Rizal Ramli.

Rizal Ramli berharap agar politisi PDIP tidak boleh diam saja terhadap kondisi ekonomi negara ini. “Tolong pemerintahan ditekan agar mereka bisa kreatif, fokus. Jangan buat anggaran macam-macam tapi tidak fokus. Padahal duit kita cukup. Tapi karena PDIP partai terbesar maka akhirnya partai lain juga ikut memble,” ujarnya.

Hendrawan mengatakan bahwa politisi PDI Perjuangan selama ini justru terus mendorong pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian khususnya selama masa pandemi ini. “Tidak benar kalau dikatakan PDIP diam saja. Justru kami sering memberi masukan kepada pemerintah. Bahkan selama ini PDIP sering disebut menjadi partai oposisi pemerintah,” ujarnya.

Namun, kata Hendrawan, pihaknya menerima segala kritikan tersebut dan terus bekerja keras membantu pemerintah.