, ,

KBKK, Semangat Berbagi dan Berkarya di 35 Keuskupan di Indonesia

oleh -
Tim KBKK foto bersama di Betumonga, Sipora Utara, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. (Foto: ist)

MENTAWAI- Kelompok Bakti Kasih Kemanusian (KBKK) adalah sebuah komunitas awam yang terdiri awam, imam dan religious missioner Gereja Katolik. KBKK bukanlah sebuah organisasi tapi sebuah kelompok atau komunitas yang mempunyai semangat kepedulian kepada sesama yang kecil, miskin, lemah dan menderita.

KBKK kini sudah berkarya di 35 keuskupan yang ada di Indonesia. Banyak kegiatan yang dilakukan antara lain bakti di bidang medis, pengobatan gratis dan pelayanan, kemudian seminar kesehatan.

Kami mendapat kempatan berbincang dengan salah satu pendiri pertama KBKK, yaitu Dokter Irene Setiadi, pada Senin (22/1/2018) lalu.

Dokter Iren, panggilan akrabnya, menceritakan bahwa KBKK muncul tanpa direncanakan. Idenya muncul secara tiba-tiba.

(Tim KBKK melakukan pengobatan di Goiso Oinan, Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai Januari 2018. (Foto: Ist)

KBKK bukan sebuah organisasi, tapi merupakan kumpulan orang yang memiliki semangat kepedulian kepada yang lemah, miskin, tertinggal.

“Tidak ada ide awal terbentuknya KBKK. Bahwa KBKK adalah Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan merupakan komunitas yang terdiri awam (umat), imam dan religius missioner. Jadi gereja Katolik terdiri dari awam, imam dan religious, yaitu suster, bruder, romo projo. Kami bergabung di KBKK karena punya semangat misi. KBKK itu unik, kami tidak punya anggota, tapi kami punya orang yang bergabung di KBKK itu lebih dari 1000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia  untuk mengenal  dan melanjutkan karya misi gereja,” kata dokter lulusan Jerman itu.

Selain pengobatan, KBKK banyak melakukan kegiatan seperti seminar kesehatan. KBKK juga sering membina anak muda agar tidak merokok, narkoba, alkohol, pornografi dan tidak seks bebas. Lalu untuk konten orang dewasa biasanya KBKK bicara tentang  penyakit-penyakit kesalahan seperti, stroke atau serangan jantung, penyakit darah tinggi.

Sementara untuk anak dan remaja diadakan sebuah kegiatan seperti seminar dengan membagikan hadiah terutama alat-alat penunjang sekolah, seperti seragam sekolah, tas ransel, alat tulis, sepatu sekolah.

Selain itu ada juga kegiatan pemberian bantuan langsung. Iren mengatakan, bantuan tersebut tergantung kondisi di daerah masing-masing. Uniknya, pelaksanaan kegiatan KBKK di setiap lokasi selalu melibatkan gereja lokal sebagai panitia.

“Saat ini kami datang tidak dalam kontek bencana alam. Kami membawa berkat, pakaian bekas layak pakai dan juga pakaian yang baru untuk Mentawai. Hal seperti itu yang kami lakukan, karena kami juga ingin berbela rasa dengan daerah terpencil dan pelosok tidak melayani daerah yang sudah besar atau maju, tetapi yang memang terlupakan dan terisolir, yang tertinggal, orang kecil yang membutuhkan betul-betul bantuan,” katanya.

Selama tiga 3 tahun terakhir, kata Dokter Iren, KBKK melakukan pelayanan intens untuk mengajak orang muda, terutama OMK (Orang Muda Katolik) akan mereka semakin mengenal Sabda Allah, akrab dengan kitab suci, sekaligus membuka, membaca, merenungkan, merefeleksikan sabda Allah yang dibacakan dan membagikan kitab suci.

“Misi itu keluar dari hati, hati itu adalah dimana roh Allah bekerja. Jadi ada ketergerakan hati, kepedulian kepada sesama yang kecil, miskin, lemah menderita,” katanya.

Pada pertengahan Januari 2018 lalu, KBKK melakukan kegiatan bakti kemanusiaan seperti pengobatan gratis, pelayanan, seminar kitab suci  kepada umat Katolik di Sioban, Sipora Selatan, Umat Katolik di Desa Goiso Oinan, Sipora Utara, seminar kepada pelajar (SMP, SMA) di Tuapeijat dan di Desa Betumonga dilanjutkan di Pulau Siberut.

Kini, KBKK sudah berusia 17 tahun. Dokter Iren masih mengingat pengalamanya pertama kali melakukan pelayanan, yang di luar dugaannya.

 

Jawaban dari Sebuah Doa

Tahun 2000 lalu, dalam Tahun Kalender Liturgi Katolik diperingati sebagai Tahun Yubileum Agung. Tahun ini dipercayai sebagai tahun pengampunan, tahun rahmat Tuhan, dan tahun pertobatan. Pada saat itu, Dokter Iren sedang melakukan studi kitab suci selama 3 tahun.

Suatu ketika, dokter Iren berdoa agar dibebaskan dan hapuskan dari dosa, untuk kemudian berziarah melalui Roma dan Vatikan  ke tanah suci Yerusalem.

“Tapi yang terjadi kemudian seorang pastor, kebetulan Dirnas Karya Kepausan  Indonesia, dia telpon saya, ‘Bu Dokter ternyata sudah lama tidak bepergian’. Dan saya gembira dalam hati, karena Tuhan menjawab doa saya. Lalu saya tanya Pastor ke mana pergi, dia katakan Atambua,” kata Iren.

Pada 1999 Atambua sedang mengalami gejolak. Di daerah ini sekitar 3000 pengungsi dari Timor Leste terlantar. Mereka menderita sakit, kelaparan dan hidup liar di hutan. Di sanalah seorang dokter lulusan Jerman, meyakini Tuhan mengutusnya. Karena itu, saya langsung dihadapkan pada situasi perang, dan orang miskin serta kelaparan.

Iren lahir di Jakarta. Dia menimba ilmu di sebuah sekolah terkenal di Jakarta. Kemudian, Iren melanjutkan pendidikan di Jerman dan tinggal di sana selama 13 tahun. Saat pulang, Iren menjadi dokter dan bekerja di Rumah Sakit Angkatan Laut dan Marinir.

“Tetapi ketika Tuhan pertama mengutus saya ke Atambua, saya melihat itu dunia baru yang kemudian mengubah hidup saya. Kemudian saya berserah diri kepada Tuhan. Ini aku, pakailah aku menjadi alatmu untuk menyatakan kemuliaanmu dimana pun Engkau mengutus aku tetutama di daerah yang miskin dan menderita,” katanya.

(Tim KBKK melakukan pengobatan di Goiso Oinan, Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai Januari 2018. (Foto:Ist)

Iren meyakini, pekerjaan yang dijalaninya saat ini bukan sia-sia. Demikian ide berdirinya KBKK diyakininya berasal dari Tuhan.

”Seperti Yesus dalam Matius 25: 35-45 mengatakan, ‘Apa saja yang kamu lakukan bagi saudaraku yang  paling hina, kamu melakukannya kepadaKu, sebab ketika aku lapar, haus, telanjang, terluntah-luntah, sakit, dipenjara kamu datang memberi dan mengunjungi aku’,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Untuk menjalankan kegiatannya itu, Iren memang membutuhkan dana besar. Namun, dia mengaku, KBKK cukup mudah mendapatkan dana. Apalagi, seperti di era sosial media, aksi KBKK cukp mendapat respon publik yang positif. Dana tersebut selalu dilaporkan melalui sosial media, sehingga mendapat kepercayaan donatur.

“Karena kami meyakini bahwa misi milik Allah, maka Tuhanlah yang menggerakkan hati orang untuk berbagi,” pungkas Dokter Iren. (Mentawaikita)